Jakarta, Sekali ejakulasi, konon seorang pria dapat
menghasilkan sekitar 200 juta sel sperma. Jadi meski kecil, sel ini
mempunyai peranan sangat penting dalam menentukan berhasil tidaknya
sebuah proses reproduksi. Tapi tak banyak yang tahu lebih mendetail
tentang sel pria ini.
Untuk itu simak enam fakta unik tentang sperma seperti halnya dikutip dari Livescience, Rabu (15/5/2013) berikut ini.
1. Sperma dapat dipengaruhi pola makan
Beberapa
studi mengungkapkan bahwa nutrisi tertentu baik bagi kualitas dan
kuantitas sperma. Salah satunya, menurut sebuah studi terhadap tikus
ditemukan bahwa asam lemak yang ada dalam ikan yang disebut dengan
docosahexnoic acid (DHA) bersifat esensial bagi pembentukan sperma.
Kemudian pada bulan Oktober 2011 dalam jurnal Biology of Reproduction,
peneliti menjelaskan betapa kritisnya DHA terhadap pembentukan sperma
karena DHA mengubah sperma berkepala bundar yang sudah usang menjadi
'perenang' yang kuat dengan kepala berbentuk kerucut dan dilengkapi
dengan protein-protein pembuka sel telur.
Sebuah studi yang
dilakukan oleh Lawrence Berkeley National Laboratory, Department of
Energy, AS menemukan bahwa pria berusia di atas 44 tahun yang rutin
mengonsumsi vitamin C dengan kadar tinggi berpeluang mengalami kerusakan
DNA sperma 20 persen lebih kecil dibanding rekan-rekannya yang
mengonsumsi vitamin C lebih sedikit.
Efek yang sama juga
diperlihatkan oleh antioksidan, vitamin E, seng dan folate, seperti
halnya dilaporkan dalam jurnal Fertility and Sterility pada tahun 2012.
2. Bentuknya lucu
Sperma
yang sehat memiliki kepala yang oval dan halus serta ekor yang cukup
panjang. "Tapi dengan kriteria sperma sehat yang seperti itu, hanya
sepertiga sperma pria yang tampak normal. Itu artinya, bagi kebanyakan
pria, sebagian besar sperma mereka berbentuk lucu," tandas Dr. Craig
Niederberger dalam blog tentang kesuburan pria miliknya, Male Health.
Kalaupun
terjadi kecacatan, ada tiga bagian dari sel sperma yang akan
mengalaminya yaitu kepala, 'leher', ekor atau kombinasi ketiganya.
Misalnya, sperma yang cacat itu memiliki dua kepala; kepala yang terlalu
kecil atau terlalu besar; 'leher' atau ekor yang bengkok, rusak atau
bergelung; atau ekor yang berjumlah lebih dari satu.
Namun belum ada pakar yang mengetahui apakah anomali sperma ini berpengaruh terhadap kualitas sperma itu sendiri atau tidak.
3. Ditemukan oleh ilmuwan asal Belanda
Sperma
baru ditemukan pada tahun 1677 ketika seorang ilmuwan penemu mikroskop
asal Belanda bernama Antony van Leeuwenhoek mengaku melihat
'animalcules' yang bergerak seperti belut dalam salah satu sampel
semennya sendiri di bawah lensa mikroskop. (Saat itu juga van
Leeuwenhoek langsung memastikan kepada para pembacanya bahwa sampel
tersebut berasal dari 'kelebihan' sperma yang diperolehnya setelah
berhubungan seksual, bukannya masturbasi).
"Tubuhnya bulat, tapi
tumpul di bagian depan serta dilengkapi dengan ekor yang tipis dan
panjang," tulis van Leeuwenhoek dalam laporan awalnya.
4. Disalah artikan fungsinya sejak ditemukan pertama kali
Antony
van Leeuwenhoek bisa dikatakan sebagai penemu sperma pertama, namun ia
salah mengartikan bagaimana cara kerja sperma yang kini diketahui
berfungsi untuk membuahi sel telur. Faktanya, menurut buku A Mind of its
Own: A Cultural History of the Penis” (The Free Press, 2001), proses
fertilisasi sendiri belum dapat terbukti hingga tahun 1879.
Pasalnya
pada tahun 1600-an, para ilmuwan percaya jika manusia terbentuk di
dalam sel telur atau sperma. Bahkan sekelompok ilmuwan yang disebut
dengan 'spermist' ini mengklaim dapat melihat humanoid yang sangat kecil
di dalam kepala sel sperma. Mereka juga berpendapat bahwa wanita
hanyalah berfungsi sebagai 'inkubator' bagi benih yang dimiliki para
pria.
5. Agar bisa membuahi, sperma harus dibantu sel telur
Meski
dianggap sebagai 'perenang' yang kuat, tapi mereka membutuhkan bantuan
ketika akan menembus sel telur. Semburan hormon progesterone yang
diproduksi oleh alat kelamin wanita akan mendorong sperma agar dapat
menggoyangkan ekornya. Hal ini tujuannya agar sperma dapat terdorong
masuk ke dalam membran sel telur yang protektif.
Sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Nature pada
tahun 2011 pun memastikan adanya sebuah protein bernama capster di
dalam sel sperma yang bertanggung jawab untuk menerima sinyal dari
hormon wanita tersebut.
6. Pria macho tak selalu punya sperma super
Para wanita cenderung tertarik pada pria dengan suara yang dalam dan jantan. Tapi sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal PLoS ONE
pada bulan Desember 2012 menemukan bahwa pria macho belum tentu
mempunyai kualitas sperma yang lebih baik daripada pria yang pitch
suaranya tinggi. Bahkan faktanya, konsentrasi pria yang suaranya dalam
itu lebih rendah daripada pria yang suaranya nyaring atau tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar